Masyarakat Adat Suku Moi Kota Sorong berencana akan melaksanakan Festival Egek pada tanggal 5 hingga 8 Juni 2023. Untuk mensukseskan kegiatan tersebut, panitia pelaksana bekerjasama dengan Jurusan Antropologi Fisip Uncen mensosialisasikan Egek, konservasi Budaya Tradisional Suku Moi – Kabupaten Sorong Provinsi Papua Barat. Sosialisasi dilakukan pada hari Selasa 2 Mei 2023 di Museum Universitas Cenderawasih.
Nara sumber sosialisasi Torianus Kalami, S.AP (ketua Panitia Festival Egek) dan Pdt. Desmianus Osok, S.Th ( ketua Klasis GKI Malamoi). Festival Egek ini merupakan kali pertama diadakan untuk memperkenalkan budaya suku Moi.
Pembantu Rektor IV, Dr. Fredrik Sokoy, S.Sos.,M.Sos. dan Dekan Fisip Marlina Flassy, S.Sos., M.Hum., PhD. yang merupakan dosen antropologi uncen juga hadir. Selain itu ada beberapa dosen dari fakultas hukum, serta para mahasiswa antropologi uncen yang ikut sosialisasi ini.
Egek adalah sistem nilai adat suku Moi untuk melarang atau melindungi wilayah tanah adat marga yang menjadi sumber kehidupan mereka. Sepert tempat bercocok tanam, menangkap ikan, tempat keramat/sakral (Kofok), Soo (tempat Suci). Kearifan lokal ini dulu diajarkan dalam rumah pendidikan adat yang dalam bahasa Moi disebut Rumah Kambik (rumah pendidikan inisiasi).
Jadi pengertian Egek sendiri adalah suatu “Larangan” terhadap wilayah zona inti dalam wilayah Tanah Adat Marga pada hukum adat suku Moi. Biasanya Suku Moi melakukan larangan ini di dusun sagu, kolam ikan, dan juga tempat bermain burung-burung (kelnaing). Zona inti tersebut dipandang cukup bernilai tinggi karena menyimpan kecukupan ekomoni rumah tangga masyarakat adat (logistic alam) bagi keberlanjutan kehidupan marga pemilik tanah adat tersebut.
Dr. Fredrik Sokoy sebagai antopolog mengatakan bahwa sangat bersyukur karena masih ada pelaku sejarah masyarakat adat suku Moi pemilik Kota Sorong yang melakukan sosialisasi terkait festival Egek di kampus uncen. Dalam pengertian sederhana yang beliau pahami mengenai Egek adalah bahwa itu sebenarnya adalah kearifan lokal yang harus dijaga dan dilestarikan. Sosialisasi ini sangat penting terkait rencana pelaksanaan festival itu. Sehingga kita perlu mendukung dengan memberi saran yang baik untuk kesuksesan acara dimaksud.
Dr. Marlina Flassy menyampaikan terima kasih atas kepercayaan dari paitia yang dilaksanakan oleh suku Moi. Moi itu artinya Halus Lembut dan sesuai karakter dari saudara saudara kita orang Moi yang lemah lembut.
Kebanggan dan apresiasi atas inisiatif dari Lembaga Masyarakat Adat Suku Moi yang ada alumni Fisip. Suatu hal positi dari masyarakat adat untuk mengangkat nilai-nilai budaya yang ada supaya tidak hilang. Dunia boleh terus berkembang dengan arus globalisasi teknologi yang maju tapi jangan sampai kita kehilangan identitas. Besar harapan dari Dekan, agar pesrta sosialisasi ini dapat membantu panitia menjadi corong informasi tentang pelaksanaan Festival Egek ke-1. ***
(pw/yt)