Delegasi AFRASI Burkina Faso, Prof. Isaac Bazie dalam agenda kegiatannya ke Universitas Cenderawasih pada akhir Mei lalu sempat berkunjung ke Museum Loka Budaya Uncen dan Wisata Danau Sentani. Bersama Prof. Darwis Khoduri dosen di Universitas Le Harve Perancis, keduanya disambut oleh petugas pengelola museum.
Kedua professor ini ditemani oleh Kurator Muda Museum Uncen Enrico Yori Kondologit yang menjelaskan tentang semua koleksi etnografi Papua yang ada.
Usai kunjungan itu, kedua delegasi menyampaikan kekaguman mereka dengan budaya Papua. Prof. Isaac rindu ke Papua karena sejak lama melihat informasi tentang orang Papua dengan kehidupan masyarakat aslinya yang mirip dengan mereka di Afrika. Sehingga ingin ke Papua melihat langsung dan mendengar hal-hal yang ingin diketahuinya.
Selanjutnya, hari terakhir di Jayapura usai melakukan rangkaian kegiatan pertemuan dengan pimpinan dan akademisi Universitas Cenderawasih, pemerintah kota Jayapura dan pimpinan Sinode GKI di Tanah Papua. Wisata ke Danau Sentani adalah perjalanan terakhir bersama tim Kerjasama dan Humas Uncen.
Tujuan ke Danau Sentani untuk melihat karya seni budaya Sentani di kampung Asei Kecil, sebelumnya Delegasi AFRASI ke Galeri Seni “Mama Martha Ohee”. Galeri yang didirikan oleh Mama Martha sebagai wadah Karya Sanggar Kerajinan Kulit Kayu Khalkote Permai. Kulit kayu yang digunakan diambil dari pohon Khombouw, diproses secara tradisional menjadi lembaran kulit kayu lalu diolah menjadi Tas, Topi, Baju Adat, Hiasan Dinding, dan berbagai karya lainnya. Mama Martha Ohee adalah seorang perempuan asli Sentani yang telah mengikuti berbagi festival di Australia, Amerika, Canada, Belanda dan Jerman.
Banyak karya seni yang menarik hati kedua professor, ada beberapa yang dibeli sebagai souvenir dan cinderamata. Topi dari kulit kayu, tempat HP, dan beberapa hasil kerajinan lainnya. Bahkan sebagai pengharagaan dan rasa terimakasih dari Mama Martha, sebuah topi kerajianan khas pengrajin kulit khalkote Sentani diberikan kepada Prof. Isaac yang berasal dari Burkina Faso Afrika Barat.
Di Kampung Asei Kecil, kedua professor melihat lebih banyak lagi kerajinan kulit degan berbagai lukisan khas Masyarakat Sentani, Kabupaten Jayapura. Lukisan dinding dari kulit kayu menjadi daya tarik sehingga hasil karya masyarakat lokal itu dibeli sebanyak 3 buah lukisan.
Kerinduan Prof. Isaac untuk bisa berkunjung ke Papua merupakan mimpi yang menjadi nyata. Selama 4 hari di Jayapura, sejak tiba tanggal 29 Mei, matanya sudah disuguhkan dengan pemandangan indah Danau Sentani dan perbukitan sekitarnya. Kurang dari 30 menit selepas pandangannya pada ujung danau sentani di tepi Kampung Yoka-Waena, pemandangan teluk Youtefa-Abepura memberikan nuansa pesisir pantai yang tidak dimiliki Burkina Faso.
Prof. Isaac menuturkan bahwa Burkina Faso diapit 6 negara tetangga, Mali di utara membentang sampai ke barat, Pantai Gading Barat Daya, Niger di Timur, di Tenggara ada Benin, dan di Selatan Ada Ghana dan Togo. Dengan letak geografis itu untuk mencapai Pantai harus dengan kereta api melintasi perbatasan negara sejauh 1100 km baik melalui Pantai Gading ataupun Ghana. Oleh karena itu dirinya sangat bahagia dan bersyukur bisa tiba di Papua. Objek wisata Pantai Base-G dilihatnya dari Kelurahan Angkasa, dirinya juga melintasi Pantai Hamadi dan menikmati udara pantai yang sejuk di Holtekam.
Pengalaman yang mengesankan selama empat hari di Jayapura, menikmati indahnya pesisir Pantai dan Danau sampai mencoba kuliner khas Papua yaitu Papeda, Prof. Isaac mengatakan bahwa agenda tahun 2025 dirinya akan kembali dengan beberapa orang dari negaranya untuk berkeliling Papua. Mempelajari kehidupan sosial budaya masyarakat Papua yang dilihat mirip dengan mereka di Afrika. ***
(yt)
Pohon Khombouw.
Foto bersama pimpinan Sinode GKI di Tanah Papua.
Pertemuan dengan Assisten I Pemkot Jayapura.