Ujian Promosi Doktor Ilmu Sosial Bidang Kajian Antropologi kepada Sekda Papua yang berlangsung di Auditorium Uncen, Sabtu 29 Februari mengungkapkan kecerdasan yang dimiliki Sekda Papua putera kelahiran Flores Timur pada tahun 1967.
Titus Emanuel Adopehan Hery Dosainen menjabat sebagai Sekda Papua menjalani Ujian Promosi Doktor yang dipimpin langsung oleh Rektor Uncen Dr. Ir. Apolo Safanpo, ST.,MT.
Hery Dosainen lulusan terbaik Akademi Pemerintahan Dalam Negeri Jayapura pada tahun 1991, Sarjana Ilmu Politik di UGM tahun 1997 dan Magister Kebijakan Publik di Uncen tahun 2015, dalam ujian itu dapat mempertahankan Disertasinya dengan pertanyaan-pertanyaan tajam yang diberikan oleh para Tim Penguji.
Hasil yang diraih Hery Dosainen adalah lulus dengan predikat Cumlaude. Satu pertanyaan sederhana yang disampaikan oleh Prof.Dr. Pawennari Hijjang, MA setelah para penguji memberikan pertanyaan adalah “Mengapa saudara promovendus (Hery Dosainen) bisa secerdas ini ?”
Pertanyaan itu yang kemudian dijelaskan oleh Prof. Hijjang setelah ujian berakhir bahwa Sekda Papua ini mengusai banyak bahasa, terutama bahasa asli dari banyak suku diPapua sangat dikuasai dengan baik. Bahasa Inggris dan Perancis juga dikuasai oleh Hery Dosainen yang merupakan satu poin kecerdasan.
Kecerdasan kedua adalah Sekda Papua ini tidak pernah mengeluh dengan sulitnya pekerjaan yang dihadapi. Sebagai Ring Dua di Provinsi Papua, Hery melayani masyarakat dengan berbagai karakter, berbagai kepentingan bahakan berbagai konflik yang terjadi selalu tampil denga apa adanya. Hal yang menyebabkan Hery dikatakan cerdas karena dinilai rajin membaca, ungkap prof.
Penilaian lebih lanjut tentang kecerdasan adalah bahwa Sekda Papua bukan saja mahir menjelaskan kearifan lokal, namun sangit mahir dalam manajemen pemerintahan tingkat Kabupaten, bahkan di tingkat Provinsi. Dengan kecerdasan ini, maka menurut Prof. Hijjang bahwa Hery Dosainen sudah layak menduduki jabatan menteri.
Diakui oleh Profesor yang juga sebagai Promotor ujian promosi doktor bagi Sekda Papua bahwa pertanyaan itu diajukannya karena tulisan-tulisan dalam Disertasi denga tegas mengatakan bahwa kearifan lokal di Papua tidak akan pernah habis dan tidak akan pernah kalah dengan unsur globalisasi. Kearifan lokal sangat kuat pada masyarakatnya dan dipelihara dengan baik dan dipergunakan oleh suku bangsa yang bersangkutan. Suku Dani misalnya dengan Rumah Honai menjadi tonggak utama dalam kehidupan masyarakat Suku Dani di Puncak Jaya.
Mengakhiri penjelasannya, Prof. Hijjang mengatakan bahwa isi Disertasi Sekda Papua tentang Rekonstruksi Sistem Demokrasi Pemerintahan Berbasis Nilai-Nilai Kearifan Lokal Di Kabupaten Puncak Jaya Provinsi Papua akan disampaikan dalam Konferensi Global tentang Bisnis dan Ilmu Sosial di Bangkok, 19-20 Juni 2020. Pada acara ini Prof. Hijjang diundang menjadi salah satu keynote speaker, didampingi oleh beberapa antropolog dari Uncen untuk menyampaikan apa yang khas dari kebudayaan Suku Dani di Puncak Jaya. Hal yang sama juga akan disampaikan pada bulan Agustus 2020 dalam satu acara di New York.***
(yt)